11 November 2007

My Black Pulsie - Akhirnya..

Pada tanggal 15 Agustus 2007, akhirnya sebuah Bajaj Pulsar 180 DTSi. berwarna hitam (Ebony Black) resmi diboyong ke rumah. Termasuk keinginan mata memang, dan terus terang ada perasaan gimana.. gitu saat bisa memilikinya. Tak sabar, sebelum STNK keluar (nunggu 2 mingguan lagi) tiap hari langsung saja dipakai beredar-edar, sebatas keliling kampung tentunya dan antar jemput anak sekolah (deket rumah sih). Wellehh.. kadang timbul rasa malu juga sih.. "wis tuwo kok isih seneng narsis" yo wis ben lah.. enjoy aja..
Critanya beberapa bulan kemudian bertepatan dengan libur panjang lebaran, dicobalah untuk solo turing yang pertama, tujuan kota Blora, menempuh jarak kurang lebih 120 km. sekali jalan, sambil sekalian nganter anak berlibur di rumah eyangnya.
Kesannya: Motor satu ini memang keren, mantap ditunggangi, dan walaupun berat saat berhenti (konon berat kosongnya mencapai 143kg), namun cukup nyaman untuk bermanuver dan selap-selip dijalan. Suara mesin atau mungkin engine balancernya itu loh yang bener-bener memanjakan telinga, ziiiiiiing...ziiiiiing.. kayak moge kalau orang-orang bilang. Namun disisi lain ada juga suara lain dari arah mesin kkeerrrgghh.. kkeerrrgghh.... kkeerrrgghh..... seperti ngorok, terutama saat digunakan untuk nanjak. Dan konon dua macam suara tersebut merupakan ciri khas Pulsar, karena kenyataannya suara ngoroknya memang nggak bisa dihilangkan, hanya bisa diminimalisir. Yang agak melegakan ternyata suara ngorok tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan performa, atau kelainan mesin. Suara ngorok di Pulsar tidak sama dengan suara "ngelithik" yang disebabkan oleh ketidaksesuaian gigi dan percepatan atau yang dikarenakan pemakaian oktan BBM yang tidak sesuai. Saat suara ngorok keluar dan gas diputar, tenaga Pulsar tetap keluar dan suara ngoroknya malah semakin hilang, beda kalau ngelithik.. kalau gas diputar tenaga malah ngempos.. begitu deh kayaknya.. (cmiiw)
Setelah memiliki Pulsar saya jadi lumayan sering ikut baca-baca milist/Blog yang terkait dunia permotoran, dari situlah saya jadi banyak belajar bagaimana berSafetyRiding, bagaimana menjadi rider yang sopan dijalan, tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain, selalu berupaya mematuhi peraturan lalulintas dsb.
Saya cukup puas hanya sebagai "pembalap sabar" yang selalu berhati-hati dalam berkendara, nggak usah ngebut-ngebut jadi benar-benar bisa menikmati saat berkendara, memang ada sensasi tersendiri kok naik motor dibanding naik mobil..
Sisi positif lain, saya jadi lebih sering berdoa khususnya setiap mau mulai berangkat berkendara, kadang ngeri juga sih membayangkan ganasnya lalu-lintas, saat naik motor kita jadi merasa lebih membutuhkan perlindunganNya.